TERIMA KASIH KUNJUNGAN ANDA DI WEBSITE PONDOK PESANTREN MODERN DARUL FALAH ENREKANG >>>> THANKS FOR YOUR VISITING ON DARUL FALAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL WEBSITE

Senin, 22 November 2010

Kegiatan Santri : Berkebun

Berdasarkan informasi prediksi cuaca yang diterima Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) disebutkan bahwa fenomena la nina yang ditandai dengan anomali suhu muka laut negatif (lebih dingin dari rata-ratanya) di Ekuator Pasifik Tengah menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat akibat menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia. Sehingga diperkirakan musim hujan mulai September 2010 terus meningkat intensitasnya sampai dengan Februari 2011. Sebagian daerah di Indonesia mendapat curah hujan yang tinggi.

Memanfaatkan waktu yang baik dan bersamaan dengan Pelaksanaan Ujian CPNS Kemenag Kab. Enrekang yang meminjam ruang kelas di Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang sehingga santri diistirahatkan KBM pagi, para santri terjun ke lokasi sekitar bangunan pondok yang kosong untuk digemburkan.


Tempat parkir pondok penuh kendaraan para peserta dan panitia Ujian CPNS Kemenag 2010

Petugas, panitia dan peserta selesai Ujian berlangsung

Santri memanfaatkan waktu dengan menggarap kebun di lokasi depan Rumah Pengasuh

Santri menggapar lahan di belakang Rumah Guru

Mudah-mudahan hasil kerja santri berkebun membawa manfaat. Amin

Rabu, 17 November 2010

Memahami Perbedaan Idul Adha 1431 H


Potensi adanya perbedaan Idul Adha 1431 Hijriah sudah diprediksi para ahli hisab rukyat dan astronom sejak beberapa tahun lalu. Perbedaan itu terwujud saat ini dengan adanya sebagian umat Islam Indonesia yang memperingati Idul Adha pada Selasa ini, sama seperti di Arab Saudi, dan sebagian lagi Rabu esok.

Melalui sidang isbat atau penetapan yang dilakukan Kementerian Agama dan dihadiri wakil berbagai organisasi massa Islam, pemerintah menetapkan Idul Adha 10 Zulhijah 1431 H jatuh pada 17 November 2010.

Anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama yang juga Profesor Riset Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin di Jakarta, Senin (15/11), mengatakan, secara teoretis atau hisab, bulan sabit tipis atau hilal tidak mungkin diamati pada 6 November karena ketinggiannya di atas ufuk masih di bawah dua derajat. Hal itu juga didukung dengan data pengamatan yang menunjukkan hilal belum bisa dilihat atau dirukyat di seluruh Indonesia.

Dengan demikian, bulan Dzulqa’dah atau bulan ke-11 dalam kalender Islam dibulatkan menjadi 30 hari sehingga 1 Zulhijah bertepatan dengan 8 November.

Di Indonesia, lanjut Djamaluddin, jika ada yang menetapkan Idul Adha pada 16 November, hal itu karena menggunakan kriteria wujudul hilal atau terbentuknya hilal (tanpa perlu diamati) sehingga bulan Dzulqa’dah hanya 29 hari.

Perbedaan lain muncul dengan ketetapan Pemerintah Arab Saudi yang menetapkan Idul Adha juga pada 16 November sehingga puncak ibadah haji berupa wukuf di Arafah dilakukan pada 9 November kemarin.

Menurut Djamaluddin, keputusan Pemerintah Arab Saudi menentukan Idul Adha tahun ini tergolong kontroversial. Secara teoretis, hilal tidak bisa dirukyat pada 6 November di Mekah. Namun, ternyata otoritas setempat menentukan berbeda.

Sebagai catatan, dalam keputusan penentuan hari raya, Pemerintah Arab Saudi sering kali digugat oleh para astronom di Timur Tengah dan kawasan lain. Meskipun Arab Saudi menggunakan metode melihat hilal untuk menentukan awal bulan, tapi sering kali hilal yang diklaim bisa dilihat itu secara teoretis astronomi tidak mungkin bisa dilihat.

Garis penanggalan bulan

Anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama lainnya yang juga ahli kalender di Program Studi Astronomi, Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto, mengatakan, garis penanggalan pada kalender Hijriah berbeda dengan garis penanggalan kalender Masehi.

Garis penanggalan Masehi didasarkan pada patokan garis bujur timur atau garis bujur barat 180 derajat. Dalam penanggalan ini, daerah yang memiliki garis bujur sama atau berdekatan mulai dari kutub utara hingga kutub selatan akan selalu memiliki hari yang sama. Perubahan hari dimulai pada pukul 00.00.

Daerah yang lebih timur juga dipastikan akan lebih dahulu waktunya dibandingkan daerah di baratnya. Karena itu, dalam sistem penanggalan Masehi, waktu di Jakarta atau waktu Indonesia barat (WIB) selalu empat jam lebih dulu dibandingkan waktu Mekkah.

Namun, garis penanggalan bulan berbeda. Garis penanggalan bulan memiliki 235 variasi. Setiap bulannya, garis penanggalan bulan berbeda-beda. Garis penanggalan bulan akan kembali di dekat tempat yang sama sekitar 19 tahun kemudian.

Banyaknya variasi garis penanggalan bulan ini ditentukan oleh posisi Bulan terhadap Bumi, dan posisi sistem Bumi-Bulan terhadap Matahari.

Daerah yang pertama kali melihat hilal akan mengawali hari lebih dulu. Hal ini berarti, daerah yang terletak pada garis bujur yang sama atau berdekatan, hari atau awal bulan Hijriahnya bisa berbeda. Hari dimulai setelah Matahari terbenam atau magrib, bukan pukul 00.00.

Kondisi ini, lanjut Moedji, yang membuat waktu di Jakarta tidak selalu lebih dahulu dibanding Mekkah. Jika diasumsikan, hilal pada Zulhijah kali ini pertama kali dilihat di Mekkah, maka sesudah magrib atau sekitar pukul 18.00 di Mekkah sudah masuk bulan baru.

Saat itu, di Jakarta sudah pukul 22.00 WIB. Baru pada magrib keesokan harinya, Jakarta memasuki Zulhijah. Artinya, pada bulan Zulhijah kali ini waktu di Jakarta tertinggal 20 jam dibandingkan waktu Mekkah.

”Dalam penanggalan Hijriah, waktu di Indonesia bisa jadi lebih dulu dibandingkan waktu di Arab Saudi. Namun, bisa jadi pula Arab Saudi lebih dulu dibanding Indonesia,” tambahnya.

Menurut Moedji, perbedaan awal hari dalam kalender Hijriah inilah yang sering dipahami secara salah. Mereka beranggapan, karena waktu di Indonesia lebih cepat dibanding Mekkah, maka saat di Mekkah berhari raya, di Indonesia juga harus berhari raya. Padahal, konsep ini didasarkan atas pencampuradukkan konsepsi kalender Hijriah dan Masehi sehingga menimbulkan kerancuan.

”Umat Islam Indonesia harus memahami bahwa mereka menggunakan dua sistem kalender. Kalender Masehi untuk keperluan sehari-hari dan kalender Hijriah untuk keperluan ibadah. Setiap kalender memiliki konsep dan konsekuensi masing-masing yang berbeda,” ungkapnya.

Meskipun berbeda, baik Moedji maupun Djamaluddin mengajak umat Islam menghormati perbedaan yang ada. Kejadian ini harus kembali memacu umat Islam Indonesia untuk segera membuat kriteria penentuan awal bulan Hijriah secara bersama yang berlaku nasional.

Jika sudah ada, maka konsepsi ini bisa disosialisasikan secara regional dan internasional sehingga diperoleh sistem penanggalan Hijriah yang bisa berlaku secara global.

”Sistem penanggalan Hijriah memang lebih kompleks dibandingkan penanggalan Masehi, tapi itu bukan berarti tidak bisa distandardisasi,” ujar Moedji.
Sumber : Kompas

Sabtu, 13 November 2010

Libur HR. Idul Adha 1431 H

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Disampaikan Kepada Orangtua/Wali Santri, Bapak/Ibu Guru (PNS DPK/GTY/GTT) Dan Para Santri Pesantren Modern Darul Falah Enrekang, berdasarkan keputusan rapat rabuan tanggal 10 Nopember 2010 bahwa libur HR. Idul Adha 1431 Hijriah sebagai berikut :
Libur dimulai hari Senin, 15 Nopember 2010 diawali dengan apel pemulangan serentak pada jam 08.00 pagi
Santri dipersilahkan datang pada hari Kamis, 18 Nopember 2010 bagi yang terkendala angkutan dari kampung/daerahnya
Santri paling lambat masuk ke Kampus hari Jum'at, 19 Nopember 2010

Demikian disampaikan, selamat Hari raya Idul Adha 1431 H

Rabu, 10 November 2010

Sikap Muslim Dalam Menghadapi Musibah

Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya, amiin.

Saudaraku! Ucapkanlah:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kamipun kepada-Nya akan kembali. Ya Allah karuniakanlah kami pahala atas ketabahan kami menerima musibah ini dan gantikanlah kami dengan yang lebih baik dibanding apa yang telah sirna karena musibah tersebut.”

Kembali negara kita dirundung musibah. Saudara-saudara kita umat Islam di negeri kita tercinta kembali mendapat cobaan. Gempa kembali menghancurkan bangunan, perumahan dan merenggut jiwa sebagian saudara kita dan melukai tubuh sebagian lainnya.

Jangan berkecil hati! Tetaplah berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, dan tabahkanlah hatimu. Percayalah, bila anda tabah menerima musibah ini, tanpa keluh kesah, dan tetap berbaik sangka kepada suratan takdir ilahi ini, niscaya Allah memberikan jalan keluar terbaik bagi kita dan negeri kita. Bukan hanya jalan keluar yang terbaik, bahkan musibah ini berubah menjadi nikmat.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ {155} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ {156} أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ . البقرة 155-157

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan pujian dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al Baqarah: 155-157)

Saudaraku! Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengisahkan: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa ditimpa musibah, selanjutnya ia berkata:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا

“Niscaya Allah melimpahkan pahala kepadanya dalam musibah yang menimpanya itu dan menggantikannya dengan yang lebih baik dari apa yang telah sirna darinya.” Dan tatkala suamiku Abu Salamah meninggal dunia, akupun mengucapkan ucapan itu, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ternyata Allah menggantikanku dengan yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Riwayat Al Bukhari)

Benar, setelah masa ‘iddah Ummu Salamah berlalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus utusan untuk melamar Ummu Salamah untuk dijadikan sebagai istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allahu Akbar! Benar-benar pengganti yang lebih baik, dan bahkan tiada yang lebih baik darinya. Betapa tidak, mendapat kehormatan menjadi pendamping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semasa hidupnya di dunia, menjadi belahan jiwanya di dunia. Dan sudah barang tentu menjadi pendamping beliau di surga, di sisi Allah Ta’ala. Benar-benar beliau Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mendapat karunia kebahagian di dunia dan akhirat.

Apa yang dialami oleh Ummu Salamah ini hanyalah contoh nyata dari apa yang dijanjikan Allah Ta’ala kepada orang-orang yang bersabar.

Dan bila saudara bertanya: Bila demikian adanya, maka apa yang mungkin kita peroleh sebagai ganti dari apa yang menimpa kita seklarang ini; rumah rusak, harta benda hancur berantakan, kerabat luka-luka dan mungkin meninggal dunia?

Jangan kawatir saudaraku! Ganti yang lebih besar telah Allah siapkan untuk anda, bila anda benar-benar bersabar menjalani musibah ini. Anda ingin tahu apa balasan yang telah menanti anda? Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أُمَّتِى هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ لَيْسَ عَلَيْهَا عَذَابٌ فِى الآخِرَةِ عَذَابُهَا فِى الدُّنْيَا الْفِتَنُ وَالزَّلاَزِلُ وَالْقَتْلُ. رواه أحمد وأبو داود وصححه الحاكم ووافقه الألباني

“Ummatku ini adalah ummat yang dirahmati, mereka semua tidak akan disiksa secara menyeluruh di akhirat, siksa mereka hanyalah terjadi di dunia, berupa berbagai kekacauan, gempa bumi dan pertumpahan darah yang menimpa mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan dinyatakan sebagaihadits shahih oleh Al Hakim dan disetujui oleh Al Albani)

Saudaraku! Berbagai musibah yang silih berganti menimpa negeri kita, adalah sebagai tebusan atas berbagai kemaksiatan yang akhir-akhir ini merajalela di negeri kita. Pornografi, pornoaksi, riba, narkoba, tidak membayar zakat, dan memakan harta haram.

Mungkin anda akan berkata: Mengapa anda kok begitu pesimis dan berburuk sangka terhadap masyarakat dan negara anda sendiri?

Saudaraku! Ketahuilah bahwa saya tidak sedang berburuk sangka dan pesimis terhadap negeri dan masyarakat saya sendiri. Coba saudaraku sekalian membandingkan keadaan negeri kita sekitar 20 tahun silam dengan negeri kita sekarang. Jauh berbeda bukan?

Walaupun hati ini pilu, seakan hancur tersayat-sayat mengikuti berita musibah yang demikian bertubi-tubi dan silih berganti. Akan saya masih dapat menyaksikan sinar harapan yang tetap bercahaya bersama terbitnya mentari di setiap pagi hari.

Betapa tidak, walau kemaksiatan dan kemungkaran telah begitu meraja lela, akan tetapi Allah Ta’ala masih sudi menerima tebusan dari kita yang terwujud dalam bencana alam.

Andai Allah Ta’ala talah menutup pintu harapan dari negeri kita, niscaya Allah akan menunda semua musibah ini hingga di akhirat, dan hanya siksa nerakalah yang menanti kita. Mungkinkah anda mengharapkan kemungkinan ini yang menimpa negeri dan masyarakat anda?

Inilah sebagian dari hikmah yang dapat kita petik dari sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senantiasa memuji Allah, walaupun ditimpa kesusahan.

Sahabat ‘Aisyah radhiallahu ‘anha mengisahkan: Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila mendapatkan hal yang beliau sukai, beliau mengucapkan:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

“Segala puji hanya milik Allah Yang atas karunia-Nya segala kebaikan dapat terwujud.”

Dan bila mendapatkan hal yang tidak beliau sukai, beliau berkata:

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

“Segala puji hanya milik Allah atas segala keadaan yang menimpa.” (Riwayat Ibnu Majah, Al Hakim dan dinyatakan sebagai hadits shahih oleh Al Albani)

Semoga bencana yang bertubi-tubi dan musibah yang silih berganti ini telah mengobarkan semangat dalam jiwa saudara sekalian untuk berjuang merintis perubahan. Hanya dengan perjuangan saudara-saudara sekalianlah negeri kita akan kembali makmur dan diselimuti oleh kemakmuran, kerahmatan dan kedamaian.

ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ. الأنفال 53

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Pendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al Anfaal: 53)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْمُنْكَرَ لاَ يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابِهِ. رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني

“Sesungguhnya masyarakat bila mengetahui suatu kemungkaran lalu mereka tidak merubahnya, maka tidak lama lagi Allah akan menimpakan hukuman kepada mereka semua.” (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan dinyatakan sebagai hadits shahih oleh Al Albani)

Saudaraku! Kunci perubahan negeri anda ada di tangan anda, bagaimana dan kapankah anda menggunakan kunci itu, sehingga negeri anda menjadi negeri yang penuh dengan kerahmatan dan kedamaiaan?

Kapan lagi bila bukan sejak sekarang? Tegakkanlah nahi mungkar dan sebarkanlah yang ma’ruf, niscaya bencana dan musibah yang selama ini setiap menemani negeri kita akan menyingkir.

Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA

Jumat, 05 November 2010

Facebook, Citra, dan 'Jebakan'


Facebook memang sebuah fenomena yang luar biasa. Semua lapisan dari berbagai kalangan profesi demam dengan facebook. Bahkan berita terbaru sang ibu tega membunuh anak bayinya gara-gara terganggu dengan tangisan saat asyik dengan facebook. Saya pribadi memiliki account facebook dan ..gembira rasanya bisa berkomunikasi dengan keluarga dan teman dan sahabat saat sekolah atau kuliah dulu. Sehingga kalau dibandingkan yang lain barangkali jumlah teman dalam jejaring pertemanan ini saya paling sedikit. Banyak faktor yang mengkondisikan seperti itu dan semuanya kembali kepada masing-masing orang.
Suatu saat secara berkala account facebook saya manfaatkan untuk 'memeriksa' pemanfaatan account facebook para anak didik dan di Pondok Pesantren pembinaan terhadap santri harus cermat. Dalam salah satu kasus, santri ada yang mengupload foto ke dunia maya tanpa menutup aurat, sehingga diambil langkah solusi foto yang bersangkutan di delete dan dibersihkan. Ada artikel menarik yang mengaitkan facebook, citra dan 'jebakan' dari InPAS Online (institut Pemikiran dan Peradaban Islam) bisa dibaca dibawah berikut.



Facebook
termasuk buah dari ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kapanpun, buah iptek memiliki dua aspek, manfaat dan mudharat. Jika tak kita manfaatkan secara benar, Facebook bisa merusak citra seseorang dan bahkan bisa terkategori turut meruntuhkan Islam. Mengapa?

Permainan Vs Citra

Ajining diri soko lathi”. Pepatah Jawa ini berguna untuk kita pedomani. Bahwa, lantaran lisan yang terjaga penggunaannya, kita bisa terhormat di depan publik, dan sebaliknya.

Dalam hal kehati-hatian penggunaan lisan, Islam lebih tegas mengatur. Sebab, tak hanya bertalian dengan citra diri, tetapi bahkan berhubungan dengan keselamatan dunia-akhirat seseorang. Intinya, umat Islam harus berhati-hati di setiap tingkah-lakunya, termasuk saat menggunakan lisan. Berbicara itu enteng, tapi pertanggungjawabannya sangat berat. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (QS Qaaf [50]: 18). Dalam hal ini, bukan perkataan yang baik dan buruk saja yang akan dicatat malaikat, tetapi termasuk yang tidak bermanfaat.

Oleh karena itu, hendaklah kita berpikir dulu sebelum berbicara, sebab jika ‘tergelincir’ kita bisa terlempar ke neraka. Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat (HR Muslim). Berhati-hatilah! Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah (HR Bukhari dan Muslim).

Jangan anggap enteng berbagai kata yang keluar dari lisan kita, sebab di sisi Allah itu perkara besar. Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar (QS An-Nuur [24]: 15).

Dengan lisan yang terjaga (selalu diarahkan pada perkara yang Allah ridha), seseorang bisa mendapatkan ketinggian derajat. Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (QS Al-Ahzab [33]: 70). Sebaliknya, kita bisa menuai bencana jika serampangan dalam berkata-kata.

Kecermatan seseorang dalam merangkai kata-kata (dan apalagi jika disampaikan secara indah) merupakan gambaran akal dan budi yang terbimbing iman. Pemilihan kata yang tepat dan bernas adalah bagian dari kemuliaan akhlak.

Kini, situs jejaring sosial Facebook telah menjadi salah satu “ajang berbicara” (baik dalam bentuk monolog, dialog, dan diskusi). Saat online internet, banyak yang langsung membuka akun Facebook-nya. Tak aneh, jika ada kabar bahwa Facebook telah menjadi peringkat ketiga situs yang paling banyak dikunjungi.

Sebagian lalu memanfaatkannya sebagai lahan dakwah dengan jalan setiap memperbarui status, selalu menulis dengan semangat “menyeru ke jalan Allah”. Setiap kata yang (akan) ditulisnya dipikir matang-matang dan dimuati semangat dakwah.

Tapi, sayang, bagi sebagian (besar?) pengguna lainnya, Facebook tampak hanya sekadar untuk main-main. “Lampu mati, sementara pekerjaan banyak, … wuaaahhh,” keluh seseorang di Facebook. “Malam ini, saya jalan-jalan, dan saat pulang mampir makan Nasi Punel di Jalan Persahabatan. Enak!,” tulis seseorang menunjukkan aktivitas terakhirnya.

Dua contoh status Facebook di atas (catatan: dua kalimat itu tak persis sama dengan aslinya, tapi dengan sedikit ‘adaptasi’) adalah sekadar contoh ucapan yang tergolong tak berguna untuk dipublikasikan karena sangat bersifat pribadi.

Untuk ‘kasus’ pertama, misalnya, tak salah jika ada yang berpikir bahwa si penulis sedang pusing memikirkan tanggung-jawabnya yang terbengkalai (yaitu pekerjaan tak selesai karena mendadak lampu mati). Maka, tak bisa disalahkan pula jika kemudian orang berkesimpulan bahwa si penulis tak pandai mengatur waktu. Buktinya, saat datang situasi tak terduga –yaitu lampu mati- dia kalang kabut. Sementara di ‘kasus’ kedua, menunjukkan gaya hidup si penulis yang suka jalan-jalan dan makan-makan (terlebih, di warung / di pinggir jalan).

Banyak orang melihat Facebook hanya semacam hiburan. Mereka pikir tak akan rugi apa-apa dengan membeberkan informasi (pribadi). Mereka lupa, orang bisa mengukur ketinggian akal dan budinya lewat ucapan / tulisan yang dibuatnya.

Waspadai ’Jebakan’

Hidup adalah perjuangan. Untuk itu, pasti ada lawan yang harus selalu kita waspadai. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka (QS Al-Baqarah [2]: 120).

Dalam konteks Facebook, bacalah www.eramuslim.com 10/11/2009: ”Israel Gunakan Facebook sebagai Alat Mata-Mata Dunia”. Bahwa: ”Situs jejaring sosial itu, jelas-jelas disinyalir sebagai alat Israel untuk memata-matai orang-orang Islam dan mendapatkan informasi. Menurut Indonésie Magazine yang berbasis di Prancis, intelijen Israel fokus pada pengguna Facebook, terutama kepada Arab dan Muslim. Israel menggunakan informasi yang diperoleh melalui halaman Facebook mereka itu untuk menganalisis aktivitas mereka dan memahami bagaimana mereka berpikir”.

Lebih jauh, ”Sangat berbahaya bagi khususnya kaum muda, yang seringkali mengungkapkan data pribadi tentang diri mereka di Facebook karena itu merupakan semua hal yang bisa diketahui oleh orang lain dengan mudah. Nah, Facebook tentunya tidak menemukan kesulitan itu, karena seperti kita ketahui, umat Islam dan generasi mudanya, secara berbondong-bondong pro-aktif berkelayapan di situs ini, bahkan sekadar untuk meng-up-date status yang lagi makan mie ayam atau mungkin ke kamar mandi”.

Jika melihat banyak status pemakai Facebook isinya mirip-mirip seperti dua contoh di atas, maka bukan tak mungkin musuh Islam akan tersenyum. Sebab, bisa saja mereka berkesimpulan –antara lain- bahwa hanya sedikit orang Islam yang serius memikirkan masalah keumatan. Justru yang terbanyak adalah mereka yang hanya pandai bersenda-gurau dan memikirkan diri sendiri saja.

Jadi, masih-kah kita mudah mengobral ucapan / tulisan di Facebook, yang (sebagian) lalu bisa diolah oleh musuh Islam menjadi ’senjata’ yang berbalik menghantam kita? Ayo. jangan terjebak!